- Home
- Pojok Jum'at
- Khutbah Jumat Mayjen (P) Suharno; Pandemik Corona, Antara Peringatan dan Kasih Sayang Allah SWT

Khutbah Jumat Mayjen (P) Suharno; Pandemik Corona, Antara Peringatan dan Kasih Sayang Allah SWT
Khutbah Jumat Mayjen TNI (P) Dr Ir H Suharno, M.M
Jamaah Jumat rahimakumullah
Puji Syukur kepada Allah yang telah mengaruniakan nikmat iman dan Islam. nikmat yang dengannya, kita akan selamat di dunia dan akhirat. Karenanya, nikmat ini harus kita jaga, sampai ajal tiba.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarga, para shahabat dan orang-orang yang senantiasa mengikuti sunah beliau hingga hari Kiamat.
Jamaah Jumat rahimakumullah
Bagaikan siang dan malam, begitulah warna hidup manusia. Tak ada manusia yang mencapai segala yang diinginkan, atau terhindar dari segala yang dibenci. Ada kalanya senang, tapi juga pernah bersedih, ada kalanya sehat, tapi pasti juga pernah merasakan sakit.
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.” (QS al-Anbiya’ 35)
Yakni Allah menguji manusia, sesekali dengan musibah, sesekali dengan nikmat, agar terbukti siapa yang bersyukur, siapa pula yang kufur, siapa yang bersabar, siapa pula yang berputus asa, sebagaimana disebutkan Ibnu Katsier dalam tafsirnya.
Ibnu Abbas menafsirkan ayat tersebut, “Yakni menguji dengan kesempitan dan kelapangan, kesehatan dan rasa sakit, kaya dan miskin, halal dan haram, taat dan maksiat, hidayah dan kesesatan.”
Jamaah Jumat rahimakumullah
Adalah keliru orang yang memandang bahwa ujian bagi jasad hanya saat terjangkit penyakit saja. Kesehatan hakikatnya adalah ujian yang berupa kenikmatan, yang hasil akhirnya ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur.
Siapapun mengakui, meskipun kerap tidak menyadari, bahwa sehat adalah nikmat yang agung. Bahkan ia adalah sayyidu na’imid dunya, nikmat paling besar bagi kemasalahatan hidup di dunia, sebagaimana Islam adalah sayyidu na’imil akhirah, nikmat yang paling agung bagi akhirat. Sebagai bukti, manusia berani mengorbankan harta berapapun demi kesembuhannya, dan tak ada yang berani menjual kesehatannya meski dengan imbalan yang tinggi.
Suatu kali, seseorang mendatangi Yunus bin Ubaid rahimahullah, ulama di kalangan tabi’in. Dia mengeluhkan perihal kesempitan yang dialaminya. Seakan dia tidak memiliki apa-apa. Lalu Yunus bertanya, “Relakah kamu tukar penglihatanmu dengan seratus ribu dirham?” Ia menjawab, “Tidak.” Yunus, “Bagaimana dengan tanganmu, bolehkah ditukar dengan seratus ribu dirham?” Ia menjawab, “Tidak rela.” Yunus, “Bagaimana dengan kedua kakimu?” Ia menjawab, “tidak juga.” Lalu Yunus berkata, “Perbanyaklah mengingat nikmat Allah, aku melihat kamu memiliki ratusan ribu dirham, tapi masih juga banyak mengeluh?”
Namun sayang, agungnya nikmat kesehatan tak banyak disadari oleh umumnya orang. Karena kesadaran akan tingginya nilai nikmat itu biasanya lebih terasa justru di saat nikmat tersebut telah lenyap dari genggamannya. Seperti orang yang akhirnya menyandang kebutaan, barangkali dia amat sadar betapa nikmat mata adalah karunia yang sangat besar. Namun kesadaran ini jarang hadir dalam benak manusia saat nikmat masih melekat. Kebanyakan manusia seperti yang digambarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Dua nikmat yang dilupakan oleh kebanyakan manusia, yakni sehat dan waktu luang.” (HR Al-Bukhari )
Hadirin sidang jum’ah yang berbahagia,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ – ١٥٥
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar
Hadirin sidang Jum’ah yang dimuliakan Allah SWT
مَنْ وَلَّاهُ اللهُ عَزَّوَجَلَّ شَيْأًمِنْ أَمْرِالْمُسْلِمِيْنَ فَاحْتَجَبَ دُوْنَ حَاجَتِهِمْ وَخَلَّتِهِمْ وَفَقْرِهِمْ اِحْتَجَبَ اللهُ عَنْهُ دُوْنَ حَاجَتِهِ وَ خَلَّتِهِ وَ فَقْرِهِ (رواه أبوداود)
Barangsiapa yang ditakdirkan oleh Allah Azza wa Jalla untuk menjadi pemimpin yang mengemban amanat kaum muslimin, lalu dia menghindar dari kebutuhan, kekurangan, dan kefaqiran rakyatnya, maka Allah akan menutup diri darinya ketika ia kekurangan, membutuhkan, dan dalam kefaqiran (H.R. Abu Dawud)
Hadirin, walau penanganan bencana itu menjadi otoritas pemerintah, kita sebagai anggota masyarakat tidak boleh bersikap masa bodoh dan berdiam diri memikirkan diri sendiri. Sebagai seorang manusia harus saling tolong menolong satu sama lain, tanpa mengenal latar belakang suku, ras maupun agama. Sesama manusia kita harus memiliki sikap empati dan simpati kepada para korban, sehingga kita senantiasa menjauhkan diri dari sikap menghakimi dan menyalahkan korban.
Dalam penyebaran virus corona, kita harus mampu menjadi pribadi yang bisa memutus mata rantai penyebaran virus itu. Secara bersama kita perlu membangun kesadaran, pemahaman dan sikap yang sama untuk secara aktif terlibat dalam mencegah penyebaran virus corona semakin meluas, sehingga semakin mempercepat wabah ini berakhir.
Hadirin sidang jum’ah yang berbahagia,
Pertama,
اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ – ٣٠
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata bahwa Tuhan kami adalah Allah dan mereka istiqomah, maka malaikat akan turun kepada mereka dan berkata; “janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati, dan bergembiralah kamu memperoleh surga yang telah dijanjikan kepadamu”
Kedua,
إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا
Artinya: “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari)
“Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.”
Saling menguatkan dan tolong menolong. Tidak ada seorang pun yang ingin tertimpa musibah, terjangkit virus corona. Tetapi tidak ada seorang pun yang bisa memastikan bahwa dirinya akan terbebas dari virus corona. Untuk itulah setiap orang, terlebih seorang muslim, harus mau untuk saling menguatkan dan saling tolong menolong satu sama lain, bahu membahu bagaimana menciptakan kebaikan berupa melakukan pencegahan agar virus corona tidak mewabah ke banyak daerah atau tempat, dan tentu berharap tidak semakin banyak memakan korban meninggal dunia. Saling bertukar informasi yang valid dan benar. Bahkan bila suatu saat akan dilakukan lockdown, maka setiap anggota masyarakat bisa saling memberi dan menjaga ketersediaan bahan pokok. Bukan sebaliknya malah memanfaatkan kondisi bencana untuk meraup keuntungan pribadi. Al-Qur’an tegas mengajarkan kepada kita:
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“… dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (Q.S. AlMaidah ayat 2)
Hadirin yang berbahagia, itulah tiga hal yang bisa kita jadikan pedoman dalam menghadapi situasi-situasi sulit karena virus corona ini. Tetaplah kita dalam iman kepada Allah, jangan panik dan terus berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.